Demon Girl
Chapter
1:First Meeting with you
Matahari pagi terbit. Awalnya hari itu sama
seperti biasanya, namun ternyata aku salah. Hari itu adalah hari penentuan
hidup ku.
“Salam kenal, Namaku adalah Anna
aku gadis SMA kelas 1, berumur 14 tahun.”
Sekilas ‘sang tokoh utama’ sama normalnya dengan gadis biasa yang
lain.‘Dia’ mempunyai Ayah, Ibu dan seorang saudara (kembar) laki-laki.
“Kami hidup dengan normal, semua
keluargaku menyayangiku seperti keluarga bahagia pada umumnya. Bisa dibilang
karena aku anak yang sangat aktif. Biasanya
orang-orang menyebutku ‘hiperaktif’, Tapi ya, beginilah aku.”
‘Dia’ sangat disayangi oleh orang-orang sekitarnya,
“Aku punya banyak teman (tapi bukan
sahabat, dalam artianku sahabat dan teman ‘beda’ ) dan orang-orang yang sangat
meyayangiku.”
Akan tetapi, tidak ada keluarga yang sempurna. satu masalah,
penyakit yang dideritanya sejak 2 tahun terakhir, penyakit jantung (the simple one,but also the hurting one),
tidak jelas juga kenapa. Tapi tidak peduli, karena selama ini ‘dia’ sama sekali
tidak merasakan dampaknya lagi sejak 2 tahun yang lalu, dokter juga berpikir
itu keajaiban. Karena ‘dia’ sama sekali tidak merasakan sakit atau apa pun itu.
Hari ini cuacanya cerah, sangat pas untuk pelajaran olahraga.
“Materi kami hari ini Basket jadi
sebelumnya kami pemanasan dulu,” sekolah sudah memiliki catatan ‘kesehatannya’, tapi karena ‘dia’
tidak menunjukan tanda-tanda gejala tidak sehat jadi ‘Dia’ diijinkan untuk ikut
pelajaran olahraga.
“Aku lari keliling lapangan beberapa
putaran. Pada awalnya badanku sangat ringan namun begitu putaran ketiga nafasku
terasa sangat sesak aku mencoba untuk bernafas dengan benar, tapi tidak bisa.”
‘Dirinya’ terjatuh dengan nafas yang sangat
berat,
(Ada apa!? Kenapa ini!? Biasanya aku tidak begini!! Kenapa dengan
dadaku!? Kenapa rasanya sakit sekali!? Sesak....sesak....to-long....).
‘Dia’ kehilangan kesadaran, dan begitu ‘dia’ bangun ‘dia’ sudah
berada dikamar rumah sakit.
“Dimana aku? Eh....? Bau ini...Rumah Sakit....?”
Disisi kirinya sudah ada ibu dan ayahnya dengan wajah yang sangat
cemas melihatnya.
“Kamu tidak apa-apa? Sudah baikan?” Kata ibunya. ‘Dia’ pun mencoba
untuk bicara, “kenapa.....Aku disini?....”
“Kamu pingsan waktu pelajaran Olahraga
disekolah tadi,” sahut ayahnya.‘Dia’ terdiam dan
kemudian seorang dokter pun masuk, “bagaimana keadaan mu?”
‘Dia’ diam sejenak lalu menjawab, “tidak begitu baik....Dok...sebenarnya apa yang
terjadi dengan saya...?”
Dokter diam sejenak lalu melihat kearah kedua orangtuanya.
“Ah....kamu akan segera
membaik,tenang saja. Bapak, Ibu....bisa ikut dengan saya sebentar?”
Ayah dan Ibunya saling menatap kemudian ikut serta dengan
Dokter keluar ruangan itu. karena penasaran, ‘dia’ pun memutuskan untuk
mengikuti mereka, hingga akhirnya ‘dia’ melihat mereka di lorong rumah sakit.
‘Dia’ bersembunyi dibalik dinding dan mendengarkan pembicaraan mereka. Dokter
mengawali pembicaraan, “sepertinya
keadaan ‘jantungnya’ sudah semakin lemah, kalau dalam waktu 3 bulan ‘dia’ tidak
mendapatkan donor jantung, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”
“Apa maksud Dokter!? Jangan bicara
sembarangan ya!?” ayahnya berteriak merintih.
“Doker! Itu berarti waktu ‘hidupnya’
tidak lebih dari 3 bulan!?” sahut ibunya, kemudian dokter itu membalas, “Maaf, tapi saya
rasa memang tidak lebih dari itu....”
“Jangan bercanda ya! Putriku itu
anak yang kuat! Dia pasti akan bertahan!” ayahnya yang mengamuk tidak terima, menarik
kerah sang dokter. Tak ada yang bisa dilakukan si dokter, dia hanya membiarkan
pria didepannya melakukan apa yang disukanya. Sementara itu, sang ibu sudah
berlinang air mata.
Sang ‘tokoh utama’ terdiam dalam waktu yang sama seiring dengan
pembicaraan mereka, seiring dengan tangisan mereka.
“Jadi....hanya tinggal 3 bulan
ya?.....ternyata aku hanya dibutakan oleh kebahagiaan sesaat.....”
‘Dia’ berbicara pada dirinya sendiri, butiran
air membasahi pipinya seiring mendengar ibunya menangis. Malam menjelang, ‘dia’
harus menginap dirumah sakit, begitu orangtuanya pulang dan mengucapkan selamat
malam, ‘dia’ hanya membalas mereka dengan senyuman. Tanpa sepengetahuan
orangtuanya, Sang tokoh utama telah mendengar waktu sisa hidupnya. Malam itu
‘dia’ tidak bisa tidur, ‘dia’ putuskan untuk keluar mencari udara segar. Begitu
sampai diluar, ‘dia’ menghampiri pohon rindang didekat sebuah kolam, angin
berhembus meniup rambutnya, kemudian ‘dia’ pun berbicara, “3 bulan ya?.....aku...tidak
memiliki penyesalan kan....?” sunyi menemaninya, sambil menatap kelangit matanya menutup.
“.....Sedang membayangakan surga
ya?” sesorang
berbicara, ‘dia’ membuka matanya dan melihat sekitarnya.
“Disini!” kata orang itu, matanya melihat
kearah pohon, ada sesorang yang sedang duduk disana, namun tidak terlihat
karena gelapnya malam.
“Kamu....hantu ya? (atau malaikat?)” tanyanya, orang itu terdiam
kemudian, “ahaha....Hantu?
kamu tidak bisa bedakan apa? Bukannya kamu punya Sixth Sense?,”
Pria itu melompat kedepannya, “Hup!”
‘Dia’ terkejut, namun tidak lupa untuk menatap orang itu dari bawah
hingga keatas. Terlihat dari belakang sesosok seorang pria tinggi dengan kemeja
biru dan celana Jeans, begitu orang itu membalik kan badannya, ‘dia’ membuka
matanya lebar-lebar dan mengatakan, “can-tik.....”
Wajah pria itu sangat mempesona, rambut hitam, mata coklat, dan
kulit putih pucat. Senyum yang manis, dan postur tubuh pria yang ideal.
“Aku ini laki-laki loh...” balas pria itu, sempat kebingungan
lalu ‘dia’ pun bertanya, “kamu....siapa?”
pria itu ternsenyum lalu menjawab, “aku adalah siluman rubah putih namaku Kitsune.”
Sunyi agak lama.
“A-Ahahahahahhahaha!!!!! Apa maksud
kamu hah!? Konyol sekali rubah putih kata mu!? Lucu sekali!”
‘Dia’ terus tertawa kemudian pria itu pun berbicara,
“Haa~ah~.....aku memang sudah menduga
kalau kamu pasti tidak akan percaya,tapi ya apa boleh buat, terpaksa
kuperlihatkan....”
“Hah? apa katamu?” balas ‘dirinya’.
Pria itu membalikan badannya dari ‘Sang tokoh Utama’, lalu menatap kearah
langit dan mengucap kan sebuah kalimat, setelah itu pula awan-awan yang tadinya
menutupi bulan, tiba-tiba terbuka lagi, Pria itu berbalik lagi dan mengatakan
pada ‘dia’, “nah, tuan
‘Putri’. Lihatlah saya.”
‘Tokoh utama’ hanya diam, melihat tiba-tiba sebuah telinga rubah
berwarna putih muncul dikepala pria itu, setelah itu muncul lagi sebuah ekor
rubah yang juga berwarna putih dari belakang pria itu. ‘Dia’ sangat terkejut, ‘dia’
tidak bisa berkata apa-apa, Pria itu tersenyum lagi lalu membungkukkan tubuhnya
seolah-olah memberi hormat pada seorang putri dan berkata, “salam kenal yang mulia,saya adalah
pelayan dan tangan kanan anda si ‘Siluman Rubah Putih’ Kit-Su-Ne.”
*To be Continue#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar