Rabu, 28 Agustus 2013


Demon Girl
Chapter 1:First Meeting with you


Matahari pagi terbit. Awalnya hari itu sama seperti biasanya, namun ternyata aku salah. Hari itu adalah hari penentuan hidup ku.

          “Salam kenal, Namaku adalah Anna aku gadis SMA kelas 1, berumur 14 tahun.”

Sekilas ‘sang tokoh utama’ sama normalnya dengan gadis biasa yang lain.‘Dia’ mempunyai Ayah, Ibu dan seorang saudara (kembar) laki-laki.

“Kami hidup dengan normal, semua keluargaku menyayangiku seperti keluarga bahagia pada umumnya. Bisa dibilang karena aku anak yang sangat aktif.  Biasanya orang-orang menyebutku ‘hiperaktif’, Tapi ya, beginilah aku.”

‘Dia’ sangat disayangi oleh orang-orang sekitarnya,
“Aku punya banyak teman (tapi bukan sahabat, dalam artianku sahabat dan teman ‘beda’ ) dan orang-orang yang sangat meyayangiku.”

Akan tetapi, tidak ada keluarga yang sempurna. satu masalah, penyakit yang dideritanya sejak 2 tahun terakhir, penyakit jantung (the simple one,but also the hurting one), tidak jelas juga kenapa. Tapi tidak peduli, karena selama ini ‘dia’ sama sekali tidak merasakan dampaknya lagi sejak 2 tahun yang lalu, dokter juga berpikir itu keajaiban. Karena ‘dia’ sama sekali tidak merasakan sakit atau apa pun itu.

 Hari ini cuacanya cerah, sangat pas untuk pelajaran olahraga.

“Materi kami hari ini Basket jadi sebelumnya kami pemanasan dulu,” sekolah sudah memiliki catatan ‘kesehatannya’, tapi karena ‘dia’ tidak menunjukan tanda-tanda gejala tidak sehat jadi ‘Dia’ diijinkan untuk ikut pelajaran olahraga.

“Aku lari keliling lapangan beberapa putaran. Pada awalnya badanku sangat ringan namun begitu putaran ketiga nafasku terasa sangat sesak aku mencoba untuk bernafas dengan benar, tapi tidak bisa.”

‘Dirinya’ terjatuh dengan nafas yang sangat berat,
(Ada apa!? Kenapa ini!? Biasanya aku tidak begini!! Kenapa dengan dadaku!? Kenapa rasanya sakit sekali!? Sesak....sesak....to-long....).
‘Dia’ kehilangan kesadaran, dan begitu ‘dia’ bangun ‘dia’ sudah berada dikamar rumah sakit.

         
 “Dimana aku? Eh....? Bau ini...Rumah Sakit....?”
Disisi kirinya sudah ada ibu dan ayahnya dengan wajah yang sangat cemas melihatnya.

“Kamu tidak apa-apa? Sudah baikan?” Kata ibunya. ‘Dia’ pun mencoba untuk bicara, “kenapa.....Aku disini?....”
“Kamu pingsan waktu pelajaran Olahraga disekolah tadi,”  sahut ayahnya.‘Dia’ terdiam dan kemudian seorang dokter pun masuk, “bagaimana keadaan mu?”

‘Dia’ diam sejenak lalu menjawab, “tidak begitu baik....Dok...sebenarnya apa yang terjadi dengan saya...?”

Dokter diam sejenak lalu melihat kearah kedua orangtuanya.

“Ah....kamu akan segera membaik,tenang saja. Bapak, Ibu....bisa ikut dengan saya sebentar?”
 Ayah dan Ibunya saling menatap kemudian ikut serta dengan Dokter keluar ruangan itu. karena penasaran, ‘dia’ pun memutuskan untuk mengikuti mereka, hingga akhirnya ‘dia’ melihat mereka di lorong rumah sakit. ‘Dia’ bersembunyi dibalik dinding dan mendengarkan pembicaraan mereka. Dokter mengawali pembicaraan, “sepertinya keadaan ‘jantungnya’ sudah semakin lemah, kalau dalam waktu 3 bulan ‘dia’ tidak mendapatkan donor jantung, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”

“Apa maksud Dokter!? Jangan bicara sembarangan ya!?” ayahnya berteriak merintih.

“Doker! Itu berarti waktu ‘hidupnya’ tidak lebih dari 3 bulan!?” sahut ibunya, kemudian dokter itu membalas, “Maaf, tapi saya rasa memang tidak lebih dari itu....”
“Jangan bercanda ya! Putriku itu anak yang kuat! Dia pasti akan bertahan!” ayahnya yang mengamuk tidak terima, menarik kerah sang dokter. Tak ada yang bisa dilakukan si dokter, dia hanya membiarkan pria didepannya melakukan apa yang disukanya. Sementara itu, sang ibu sudah berlinang air mata.

Sang ‘tokoh utama’ terdiam dalam waktu yang sama seiring dengan pembicaraan mereka, seiring dengan tangisan mereka.
“Jadi....hanya tinggal 3 bulan ya?.....ternyata aku hanya dibutakan oleh kebahagiaan sesaat.....”

‘Dia’ berbicara pada dirinya sendiri, butiran air membasahi pipinya seiring mendengar ibunya menangis. Malam menjelang, ‘dia’ harus menginap dirumah sakit, begitu orangtuanya pulang dan mengucapkan selamat malam, ‘dia’ hanya membalas mereka dengan senyuman. Tanpa sepengetahuan orangtuanya, Sang tokoh utama telah mendengar waktu sisa hidupnya. Malam itu ‘dia’ tidak bisa tidur, ‘dia’ putuskan untuk keluar mencari udara segar. Begitu sampai diluar, ‘dia’ menghampiri pohon rindang didekat sebuah kolam, angin berhembus meniup rambutnya, kemudian ‘dia’ pun berbicara, “3 bulan ya?.....aku...tidak memiliki penyesalan kan....?” sunyi menemaninya, sambil menatap kelangit matanya menutup.

“.....Sedang membayangakan surga ya?” sesorang berbicara, ‘dia’ membuka matanya dan melihat sekitarnya.
Disini!” kata orang itu, matanya melihat kearah pohon, ada sesorang yang sedang duduk disana, namun tidak terlihat karena gelapnya malam.

“Kamu....hantu ya? (atau malaikat?)” tanyanya, orang itu terdiam kemudian, ahaha....Hantu? kamu tidak bisa bedakan apa? Bukannya kamu punya Sixth Sense?,”
Pria itu melompat kedepannya, “Hup!”
‘Dia’ terkejut, namun tidak lupa untuk menatap orang itu dari bawah hingga keatas. Terlihat dari belakang sesosok seorang pria tinggi dengan kemeja biru dan celana Jeans, begitu orang itu membalik kan badannya, ‘dia’ membuka matanya lebar-lebar dan mengatakan, “can-tik.....”

Wajah pria itu sangat mempesona, rambut hitam, mata coklat, dan kulit putih pucat. Senyum yang manis, dan postur tubuh pria yang ideal.
“Aku ini laki-laki loh...” balas pria itu, sempat kebingungan lalu ‘dia’ pun bertanya, “kamu....siapa?”
pria itu ternsenyum lalu menjawab, “aku adalah siluman rubah putih namaku Kitsune.”

Sunyi agak lama.

“A-Ahahahahahhahaha!!!!! Apa maksud kamu hah!? Konyol sekali rubah putih kata mu!? Lucu sekali!”

‘Dia’ terus tertawa kemudian pria itu pun berbicara,
“Haa~ah~.....aku memang sudah menduga kalau kamu pasti tidak akan percaya,tapi ya apa boleh buat, terpaksa kuperlihatkan....”
“Hah? apa katamu?”  balas ‘dirinya’. Pria itu membalikan badannya dari ‘Sang tokoh Utama’, lalu menatap kearah langit dan mengucap kan sebuah kalimat, setelah itu pula awan-awan yang tadinya menutupi bulan, tiba-tiba terbuka lagi, Pria itu berbalik lagi dan mengatakan pada ‘dia’, “nah, tuan ‘Putri’. Lihatlah saya.” 
‘Tokoh utama’ hanya diam, melihat tiba-tiba sebuah telinga rubah berwarna putih muncul dikepala pria itu, setelah itu muncul lagi sebuah ekor rubah yang juga berwarna putih dari belakang pria itu. ‘Dia’ sangat terkejut, ‘dia’ tidak bisa berkata apa-apa, Pria itu tersenyum lagi lalu membungkukkan tubuhnya seolah-olah memberi hormat pada seorang putri dan berkata, “salam kenal yang mulia,saya adalah pelayan dan tangan kanan anda si ‘Siluman Rubah Putih’ Kit-Su-Ne.”

*To be Continue# 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar